UNTUK IBUNDA
Hari ini angin rindu datang berhembus menggugurkan daun-daun
yang sudah menguning. Titik air di ujung daunnya pun akhirnya terjatuh
setelah sekuat tenaga ia bertahan untuk tidak pecah. Tapi ternyata semua
ada batasnya. Tak ada yang abadi begitu juga dengan rindu ini yang tak
akan lama bertahan sembunyi dalam gua hati.
Dunia
seperti berputar kembali, menayangkan rekaman saat-saat aku bersamanya.
Masa disaat aku merasakan kasih sayang yang terus mengalir seolah tak
kenal muara. Dengan sepenuh hati dia merelakan dadanya untuk tempatku
bersandar ketika aku menahan perihnya hati saat terluka.
Langit
hari ini masih cerah tetapi siapa sangka kalau hujan akan datang. Meski
tidak begitu deras tapi bisa melepas dahaga sang tanah yang memang haus
akan air. Rintikan air hujan membawaku kembali pada keindahan dan
kehangatan saat-saat bersamanya hingga rindu yang terbendung pecah
seketika.
Teringat pada saat-saat
terakhir bersamanya sebelum kami berpisah. Segenap pesanpun mengalir
dengan suaranya yang tetap lembut. Aku masih bisa mencium aroma itu?
Saat hujan begitu derasnya dikala bumi dan langit saling mengutuk dan
cakrawala mencengkeram erat. Perjuangan antara hidup dan mati yang
sungguh tragis sampai akhirnya detik itu datang juga, saat ku rengkuh
tangannya kemudian kukecup dengan penuh rasa hormat. Masih dapat
kurasakan deburan cintanya yang kuat sehingga membuatku berderai air
mata.
Tuhan, pengorbanannya untukku
takkan pernah bisa kubalas meski dengan tetesan darah dan airmata.
Segala yang aku miliki dalam hidup ini pun takkan bisa membalas apa yang
pernah dia lakukan untukku. Karenanya aku dapat mengenalMu, karenanya
aku bisa menikmati indahnya duniaMu, karenanya aku menemukan arti dalam
hidup ini…
Saat ini aku rela bersusah
payah mengejar cita-cita yang menjadi impiannya. Tak ingin sedikit pun
ku torehkan segurat kecewa dihatinya karena yang aku tahu bahwa aku
adalah harapannya. Aku ingin dia bangga melihat diriku melainkan melihat
ikhtiarnya sepanjang hidup yang telah dia jalani sejak aku ada. Aku
ingin melengkapi lukisan hidupnya menjadi lukisan yang sempurna.
Bunda, tentulah percikan tulisan melalui penaku ini tak akan
mampu menumpahkan rasa terima kasih atas segala jasamu dalam membekali
keperluanku untuk mengarungi derasnya arus kehidupan.
Bunda,, aku berharap suatu saat kita masih bisa bertemu kembalii...
I LOVE YOU FOREVER MOM
I MISS YOU
0 komentar: